Rabu, 24 September 2008

Gunungan (Masali 4)

Di sebuah pentas kesenian, Masali bersama dua sahabatnya yaitu dari Belanda dan China, keliling area untuk menunggu mainnya opera Beijing. Dalam perjalanannya mereka menemukan brosur tentang kesenian-kesenian China.

Setelah nonton opera Beijing, mereka pulang. Sahabatnya bertanya bagaimana pendapat Masali tentang operanya. Masali menjawab opera tersebut mirip dengan pertunjukan wayang orang di Indonesia, hanya saja antusias masyarakat akan pertunjukan tersebut sangatlah jarang.

Memang warga Belanda, suka akan kebudayaan Indonesia. Ia bertanya bagaimana dengan gunungan? Masali menjawab:

Gunungan disebut juga dengan kayon adalah bagian dari seni wayang. Mungkin saat ini gunungan telah memiliki aneka bentuk dan rupa, dan kesakralannya telah tiada. Makna pada gunungan pada umumnya:

  • Gunungan disebut kayon yang berarti pohon kehidupan.
  • Akar batangnya terbuat dari batang pohon nagasari, hal ini dikarenakan indah, kuat dan dapat memberikan pengaruh yang baik.
  • Bentuknya adalah pohon khayangan dewadaru atau yang disebut dengan kalpataru yang berarti keabadian dan kelanggengan.
  • Pada gambar pohon memiliki 8 cabang yang melambangkan keanekaan alam pada awal dan akhir.
  • Harimau (si belang) berarti pemimpin hutan yang luar biasa dan banteng (si hitam) berarti pengolah tanah yang sangat kuat, yang mana kedua simbol tersebut digabungkan memiliki arti kehidupan penuh dengan konfrontasi abadi dalam segala keadaan baik positif maupun negatif.
Kesakralan pembuatnya:
  • harus melakukan puasa dan muti sebelum membuatnya.
  • minimal dalam 5 generasi merupakan pembuat wayang.
  • telah memiliki cucu dan beristrikan hanya 1 yang berarti menunjukan ia sebagai guru dan teladan dalam kehidupan berkeluarga.
Sahabat Masali dari China berkata:
naga langit dengan 8 bagian dewa-dewinya, penuh makna kebaikan dan kebajikan, simbol 4 penjuru naga hijau, macan putih, burung merah, kura-kura hitam. Itu sama dengan falsafah China klasik. Apakah itu lambang "Totem"?

Sampai sekarang Masali termenung dan masih bingung, apa maksud ucapannya. Hihihi

Btw, isi brosurnya menginformasikan, China memiliki 2 kesenian tradisional yaitu kesenian rakyat dan teater. Kesenian rakyat (Qu Yi) antara lain dialog jenaka (xiang sheng), irama gendang (gu qu), ellegro (kuai ban), penuturan cerita (ping shu). Kesenian teater terbagi atas kesenian modern dan kesenian klasik. Kesenian Modern terdiri atas kesenian tutur (hua ju), opera (ge ju), dan tari (wu ju). Kesenian klasik terdiri dari opera Beijing (jing ju), Jiang Su (kun qu), Guang Dong (yue ju), Si Chuan(chuan ju), Henan (yu ju) dan boneka kayu (mu ou), wayang kulit (pi ying).

Enjoy, peace and love from Sukra.

Gambar 1: gunungan
Gambar 2: opera Beijing


Referensi photo:
http://gantharwa.files.wordpress.com/2007/03/gunungan.jpg
http://farm2.static.flickr.com/1154/1018571404_0cfeadc284_o.jpg

Related Posts by Categories



1 comments:

Anonim mengatakan...

Maaf Kang Mas, numpang tanya:

Saya mengerti cerita gunungan tetapi bukan dari sejarah Jawa melainkan dari Al-kitab (Kristen) yang mana berkisar tentang cerita penciptaan dunia oleh Tuhan yaitu Adam dan Hawa ditempatkan di Taman Firdaus yang mana terdapat pohon kehidupan abadi dan pohon pengetahuan yang baik dan buruk. Tuhan melarang Adam dan Hawa memakan buah tersebut.

Ular yang melilit di pohon sama seperti cerita iblis yang saat itu berbentuk ular merayu Hawa untuk merayu Adam memakan buah tersebut.

Dan juga Hariamau dan Kerbau melambangkan anak Adam dan Hawa yaitu Kain dan Habel.

Kain ini memang seorang yang pertama-tama di dunia dalam hal pertanian. (makan tumbuhan).

Sedangkan Habel adalah seorang yang pertama-tama di dunia dalam hal perburuan. (makan daging).

Pada akhirnya karena cemburu akan Cinta Tuhan lebih berkenan kepada persembahan Habel, maka Kain membunuh Habel.


Kembali ke jalur:
Apakah Gunungan itu budaya Jawa sesudah Kristen masuk di Jawa atau sebelumnya?
Mohon pencerahan Mas...Terimakasih...

Artikel Favorit dalam 1 minggu