Sabtu, 18 Oktober 2008

Meretas Stress

Apakah benar manusia bisa hidup tanpa stress? Menurut saya itu tidak mungkin. Hal ini ditunjang oleh berita pada koran internasional Daily News (Jawa Pos Group) yang tertanggal 17 Oktober 2008 memberitakan, bahwa ± 2 juta dari ± 8 juta penduduk Jakarta menderita stress dan ± 8 ribu penduduk menderita kelainan jiwa. Alasan saya menyatakan tidak mungkin karena bagaimana bisa, manusia yang peduli akan sosial dan lingkungan hidupnya dapat berdiri tanpa tekanan atau dorongan untuk mewujudkan impiannya. Jadi, yang ada adalah berat atau ringannya stress yang dihadapi dan bagaimana mereka mengatasinya.

Informasi: stress terbagi atas 2 jenis yaitu distress (membawa penyakit) dan eustress (yang menyehatkan). Pada pembahasan berikut stress merujuk kepada distress.

Secara garis besar, stress muncul diakibatkan karena seseorang gagal beradaptasi pada kehidupan atau keadaan sosialnya, krisis yang menghantui hingga mengakibatkan pagetir sindrom, kehilangan jati diri dalam impian mencapai tujuan hidup, dll. Solusi yang diambil antara lain, debat kusir, marah (mengkambing hitamkan), berobat ke dokter atau psikolog, pasrah, masa bodo, dll. Ada juga yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri.

Jalan keluar untuk bebas stress? tidak ada, karena sekali lagi manusia tidak dapat terlepas dari stress. Tapi untuk mengurangi dan mengimbanginya, ada. Yaitu kembali ke alam dengan tujuan memunculkan kembali motivasi dan kedinamisan untuk melakukan pekerjaan tersebut, dapat berpikir positif, aktif, ceria dan tersenyum. Langkah yang dilakukan yaitu melakukan pertualangan / melancong (jalan-jalan untuk memperoleh inspirasi dan menemukan sesuatu yang hilang bukan bersenang-senang). Ada dua jenis yaitu berpertualang ke alam atau melancong ke suatu warisan budaya. Berpertualangan ke alam antara lain ke gunung untuk menemukan kebijaksanaan dan kesehatan; ke laut untuk menemukan kecerdasan dan kemampuan; melihat flora dan fauna untuk menemukan keteguhan dan kesederhanaan. Melancong antara lain melihat warisan peninggalan nenek moyang untuk menemukan keberanian dan keabadian; melihat kultur seni untuk menemukan kemauan dan keprofesionalan.


Mungkin anda akan berkata, melakukan hal diatas sama saja dengan "terlepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya" karena membutuhkan biaya. Tapi tenang, masih ada solusi lain yaitu jalan pagi antara jam 5 hingga jam 7 dengan irama langkah kaki yang sama (5.000-10.000 langkah) dan menghirup udara yang segar. Tujuannya adalah menjaga organ paru-paru (jam pengobatan berdasarkan metode Shi Tian Gan) karena pada umumnya ketika stress memuncak akan muncul gejala sesak nafas. Keuntungan lainnya yaitu untuk memproduksi hormon β - endorphin pada otak yang berguna untuk merilekskan agar dapat berpikir positif, karena pada saat stress otak akan memproduksi nor-adrenalin yang menyebabkan detak jantung abnormal, rasa tertekan, ingin marah-marah, dan perasaan tidak beruntung.

Belum cukup? Tenang masih ada lagi yaitu minum air murni karena air dapat menetralisasi racun tubuh dan memlembabkan mulut dan tenggorokan yang kering akibat stress. Solusi terakhir yang saya berikan yaitu melakukan imajinasi (visualisasi) atau melakukan meditasi dengan tujuan tubuh menjadi rileks, segar agar dapat berpikir positif.

Semoga berguna dan tekanan akan stress anda berkurang. Minimal jangan sampai bunuh diri.

Enjoy, peace and love from Sukra.

Related Posts by Categories



4 comments:

Anonim mengatakan...

Wah,bener tuh infonya,dan gejalanya juga stres yah begitu...saat ini juga saya sesak dada mungkin stres ya?

Death Note mengatakan...

emmmh,cue jadhy stlessh niy

mashoni mengatakan...

thk artikelnya sangat2 berguna...gua ngerasain bgt streeeees seperti yang di sebutkan di atas,,,,v gua mudah2han bisa ngatasin semuanya......

sewa mobil di surabaya mengatakan...

nice post

Artikel Favorit dalam 1 minggu