Selasa, 04 November 2008

Kronologis Gajah di Gedung Jodoh

Gedung Jodoh namanya, karena pada zaman dulu disinilah banyak pria dan wanita memulai kisah percintaannya. Hal ini disebabkan, masih jarangnya tempat-tampat hang out untuk pemuda dan pemudi di Jakarta. Bayangkan Ancol masih berupa rawa, Taman Mini belum berdiri (1970-an), Monas masih berupa tanah lapang. Pilihan mereka, hanyalah kebun binatang, atau gedung ini. Makanya banyak kisah cinta bersemi di bangunan ini.

Gedung Jodoh keberadaanya dimulai pada tahun 1778 dan dikenal dengan nama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Himpunan Batavia Seni dan Ilmu Pengetahuan). Gedung Jodoh dibuka secara umum pada tahun 1868, yang mana berada di sisi jalan Koningsplein (Jl. Merdeka Barat no 12, Jakarta, Indonesia). Saat ini gedung tersebut lebih dikenal dengan Museum Gajah karena keberadaan patung gajah perunggu di muka gedung tersebut.

Ketika kubaca kronologis patung gajah perunggu tersebut, diri merasa bangga dan malu. Ketika sahabat menambahkan sebuah informasi, diri serasa tak percaya, apakah hal tersebut adalah kenyataan yang benar?

9 Maret 1871, Raja Chulalongkorn atau Raja Siam V berangkat dari Siam (sekarang Thailand) menuju Singapura dengan kapal Pitthayamronnayuth atau Regent. 16 Maret 1871, Raja Chulalongkorn tiba di daratan Singapura. Di Singapura, Raja melakukan berbagai kegiatan dan kunjungan. 23 Maret 1871, Raja meninggalkan daratan Singapura menuju pulau Jawa.

27 Maret 1871, Raja turun ke darat yang dikenal dengan Batavia. Hal yang dilakukan antara lain perjalanan menuju Meester Cornelis untuk meninjau pabrik mesiu, mengunjungi barak militer untuk meyaksikan atraksi keterampilan militer, Sekolah Koning Willem III (perpustakaan nasional di Salemba, Jakarta), panti asuhan, akademi militer di Weltevreden melihat latihan dan koleksi meriam, rumah sakit (RSPAD Gatot Subroto), Lapangan Raja (lapangan monas), Klub Harmonie(klub sosial warga elite) yang bangunannya dihiasi seperti mahkota 7 tingkat, Mahkamah Agung (Museum Seni Rupa dan Keramik), Rumah Pabean, Jembatan Tarik (Jembatan Kota Intan), beberapa toko, Balai Kota (Museum Fatahilla), kebun binatang (Taman Ismail Marzuki), Gereja Inggris (Gereja Anglican di Tugu Pak Tani), Gereja Khatolik, dll.

1 April 1871, Raja Chulalongkorn melanjutkan perjalanan menuju Semarang. Perjalanan Raja antara lain pabrik bubuk mesiu, rumah sakit, rumah sakit jiwa, pabrik kain, asrama perempuan, stasiun kereta, bengkel produksi kereta, proyek pembangunan jembatan, penjara khusus, dll.

6 April 1871, Raja kembali ke Siam yang mana singgah terlebih dahulu ke Singapura pada tanggal 10 April. 15 April 1871, Raja telah sampai di negeri Siam.

Sebagai ucapan terima kasih, Raja Chulalongkorn mengirimkan 2 patung gajah perunggu. Satu untuk Singapura (tidak jauh dari patung Raffles) dan satu lagi untuk Indonesia (depan Museum Gajah). Dari kunjungan ke Jawa, diberitakan bahwa raja mendapatkan inspirasi dan melakukan proses modernsasi antara lain pembangunan jaringan kereta api, membangun boulevard pertama di sekitar Sanam Luang (Lapangan Monas versi Thailand), sistem irigasi, berbagai jenis industri, dll.

Bangga rasanya mereka dapat membangun negara setelah berkunjung dari negeri Indonesia ini. Tapi apa daya sekarang, kita lah yang harus belajar dari negeri Gajah tersebut.

Kisah lain dikatakan patung gajah perunggu adalah hasil barter yang dilakukan oleh penguasa Belanda di Hindia Belanda. Patung gajah perunggu dibarter dengan artifak candi Borobudur dan patung Ganesha di candi Singosari; yang mana benda-benda tersebut sekarang berada di museum nasional Bangkok. Informasi yang didapat di buku Jean Gelman Taylor yang bertajuk "Indonesia, People's and History". Diri masih tak percaya, tapi itulah kenyataan. Dalam hati berkata, apa arti pertukaran ini? dan berharap dengan pertukaran ini nama Indonesia semakin dikenal di dunia.

Terima kasih untuk Yosef Djakababa yang telah membantu dan sebagai sumber informasi.

Enjoy, peace and love from Sukra.

Referensi:

Referensi photo:
http://www.thailandmuseum.com/thaimuseum_eng/bangkok/images/Pranakorn41.jpg

Related Posts by Categories



2 comments:

Anonim mengatakan...

jadi yg bener yg mana y om??

hm..pertukaran biasanya u/ urusan
diplomatis tuh..

mpe skrg bukannya jg gt, kita pny beras tp tetep tukeran beras jg ma thailand

sewa mobil di surabaya mengatakan...

kayak pelajaran sejarah ya, jadi kita bisa dapat ilmu lagi nih dengan info ini...

Artikel Favorit dalam 1 minggu