Sabtu, 24 Januari 2009

Tata Krama Seni Budaya Timur (Li Yi) (Kongbaba3)

Kisah Kongbaba membawa imajinasi saya ke sebuah restoran di tahun 40-an. Di sebuah meja bundar dari marmer terdapat dua keluarga (total 6 orang) Tionghoa yang ngobrol menunggu makanan yang akan disajikan. Dua kepala keluarga ini dapat dikatakan sebagai orang yang berpendidikan walau pendidikan yang diterimanya berbeda yaitu pendidikan Belanda dan Tionghoa. Komunitas yang berpendidikan Belanda umumnya sebagai pegawai kantoran dan yang berpendidikan Tionghoa sebagai pedagang toko. Posisi duduk mereka yang dirunut searah jarum jam yaitu kepala keluarga yang mengundang (menghadap timur), kepala keluarga yang diundang, anak laki-laki, anak perempuan (menghadap barat), istri keluarga yang diundang, istri keluarga yang mengundang.

Di awal pertemuan, seperti layaknya pertemuan tentulah dimulai dengan basa-basi. Kata-kata yang muncul antara lain Nin Hao Ma (apa kabar), Xie Tian Xie Di (terima kasih langit dan bumi), Da Jia Hao (semua baik), Ping An (selamat), Jian Kang Ru Yi (sehat walafiat semuanya langgeng), Yi Qie Shun Sui (semuanya lancar dan sukses). Tanpa disadari kubertanya, kenapa tidak ada Wo Hen Hao, Xie Xie (saya baik, terima kasih)? Kongbaba tersenyum dan berkata: itu adalah bahasa sapa akulturasi modern.

Tanpa disadari dari kisah singkat tersebut, kita diajak untuk mengenal sebuah tata krama yang mana merupakan bagian dari kehidupan manusia yang berbudaya dan beradab. Tata krama yang dalam perjalanan evolusi telah beradaptasi dengan berbagai budaya baik dari luar maupun lingkungan setempat, sehingga menjadikan sebuah corak tersendiri. Ini adalah beberapa fondasi tata krama budaya timur yang bernuanasa multikultur yang masih terpiara:

  • Tata krama kehidupan sosial dan masyarakat. Tata krama ini terbagi atas kehidupan sehari-hari (tata sapa, tata duduk, tata makan), kehidupan keluarga, dan sambutan tamu.
  • Tata krama perayaan hari besar kalender seperti Chun Jie (hari raya tahun baru imlek dan kue keranjangnya), Qing Ming (Ceng beng hari sembahyang leluhur dengan sesaji tiga hewan), Duan Wu (Pe Cun makan bacang), Zhong Ciu (Tong Jiu makan kue bulan).
  • Tata krama kelahiran, masa remaja, perkawinan, dan kematian.
  • Tata krama sosial dalam bidang pekerjaannya.
  • Tata krama agama dan upacaranya.
  • Tata krama dan cara dalam kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, transportasi, dan hubungan biologi.
Karena panjangnya cerita Kongbaba, saya menuju ke cerita tentang tata krama ke-3 yang menceritakan perjalanan kehidupan seorang manusia. Hal ini karena ada sesuatu yang menarik menurut saya.

Dimulai dari kelahiran, sang bayi menangis dengan keras karena menyadari bahwa hidup dalam dunia ini penuh akan derita, tapi dilain pihak (keluarga terutama kakek dan nenek) tentu sangat senang dan gembira karena kelahiran dianggap sebagai pembawa rejeki. Dahulu pernah diibaratkan bila anak yang terlahir adalah laki-laki maka disebut Wan Jin (emas 10.000 tael) dan jika wanita dianggap Qian Jin (1.000 tael). Hal ini mungkin dikarenakan pria-lah yang membawa nama keluarga. Menuju dewasa atau remaja maka berbagai pendidikan diberikan baik itu pengetahuan, seni dan tata krama agar dapat menjadi seorang yang teladan.

Tahap berikutnya adalah perkawinan dan peranan wanita yang berarti mengangkat derajat keluarga sebagai dasar, memberikan generasi keturunan sebagai fenomena, kesederajatan sebagai pelaksana kekeluargaan. Dalam perkawinan ini yang terpenting adalah 2 keluarga yang saling menghormati dan menjaga keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Inilah hal yang selalu dibenak, sehingga seringkali kita mendengar bahwa dalam memilih haruslah dilihat bibit, bebet dan bobotnya.

Sebelum masuk ke langkah selanjutnya telah terjadi sebuah fenomena yang membuat saya tertarik untuk mengangkat bagian topik ini dari keseluruhan kisah Kongbaba. Dalam hal perkawinan, ucapan selamat seringkali melalui media koran seperti "Guo Ji Ri Bao" yang merupakan bacaan untuk mayoritas komunitas Tionghoa perantauan Hua Qiao dan Tionghoa totok Xin ke yang mana agak eksklusif. Terdapat sebuah kejanggalan, seringkali ada salah satu pihak tidak mencantumkan nama orang tuanya. Apakah pihak tersebut anak yatim atau ada hal yang lain? Hihihihihi. Inilah jawaban Kongbaba, dalam era modernsasi, globalisasi, demokrasi dan reformasi ini seringkali terjadi tabrakan budaya yang eforia disebut pinokio sindrom oleh Kongbaba. Pinokio sindrom yaitu sikap yang opportunis, tamak, munafik, penjilat yang berarti hanya mencari muka, popularitas dan melihat keuntungan pribadi semata.

Hal yang menarik belum selesai. Dalam masyarakat Tionghoa peranakan, perkawinan diibaratkan dengan mengawinkan dua anak sehingga tamu-tamunya 80% adalah kerabat orang tua. Lalu untuk tamu-tamu yang 80% dari kerabat anak-anaknya terjadi pada saat ulang tahun orang tua yang pada umumnya berumur 61, 71, 81. Disini menunjukan bakti anak kepada orang tua. Btw, merayakan untuk ulang tahun masa kecil itu sebetulnya tak ada dalam tradisi, yang ada hanyalah pemberian telur dan mie dari orang tua kepada anaknya sebagai simbol pemberkahan dan keselamatan.

Di akhir perjalanan tentulah kematian yang mana pada saat menutup peti bermakna penentuan untuk jawaban apa yang telah dilakukan orang tersebut di dalam masyarakat dan keluarga. Tersenyum kepada langit saat diterimanya dan keluarga bersedih kehilangan seorang yang dihormati.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, orang mati meninggalkan nama.

Enjoy, peace and love from Sukra.

Referensi photo : http://www.chinese-wedding-guide.com/images/joinourheartsforever.jpg

Related Posts by Categories



16 comments:

Anonim mengatakan...

Pertamakaxx o0o0o ini toh kelanjutannya nice :)

Johanas mengatakan...

wah kelanjutannyasekarang tentang tatakrama ya....

Keren deh

Anonim mengatakan...

Bagus sekali, bisa belajar kebudayaan cina di sini. Sangat menarik

Arman Efendi mengatakan...

Blognya bagus, banyak kebudayaan yang bisa di ketahui, terutama org cina :) , tukeran link donk

Anonim mengatakan...

uiiihh!!!

lama-lama aku bisa jadi cipit niy ky orang cina, wkkkkkkkkk

Anonim mengatakan...

Nambah wawasan neh,

Anonim mengatakan...

mampir numpang lewat hihihih

ayuzuricha mengatakan...

ternyata budaya cina gitu toh, maklum aku org jawa :D

ayuzuricha mengatakan...

waduh belum selesai nulis kepencet, ternyata gitu ya, aku ndak ngerti budayanya jadi sekarang nambah deh ilmunya sip ;)

Opa mengatakan...

seneng banget mampir di blog ini, ilmunya banyak banget,..
makasih mas...

Anonim mengatakan...

Wah, ternyata ribet ya. Tapi bagus lho infonya, jadi tahu

Hellen Werinusa mengatakan...

waow.... keren postingannya.. aku semakin paham dengan kebudayaan luar.
Jadi pengen tunggu seri berikutnya nih :)
Xie Xie
salam persahabatan juga

Anonim mengatakan...

boleh dong dilanjutkan ttg bahasa2 cina, hehehe... biar kita2 juga pada ngerti...

salam kenal ya...

Aksa mengatakan...

tatakrama, adat...memang dua hal ini senantiasa yang sekarang sering dilupakan orang , demi mencapai tujuan sesaat.....keep on ur smile.......

Obat Herbal Kaki Gajah Ekstrak Alami mengatakan...

Mantap banget gan artikelnya. . Update terus ya Informasi terbarunya
salam sehat & terimakasih

Obat Herbal Radang Usus Besar Yang Efektif mengatakan...

Artikel yang mantap & menarik gan. .
thank's ya, salam sehat

Artikel Favorit dalam 1 minggu