Kamis, 27 Mei 2010

Eileen

Eileen adalah kakakku yang lahir di bintang Capricornus, sama dengan ayahku yang berentang waktu 30 tahun. Ia seorang pengajar seni yang sangat beratensi dengan hal-hal yang ada korelasinya dengan kultur tradisional maupun corak klasik. Perjalanan pendidikannya diawali di SDK I ,SMPK I, SMAK 3 BPK Penabur Jakarta, hingga mendapatkan gelar Sarjana Seni di Universitas Trisakti jurusan Desain Interior tahun 2003; dan juga lulusan Persiapan Konservatorium 3 di Sekolah Musik YPM bidang piano klasik tahun 2002. Sampai saat ini, ia masih saja aktif sebagai pengajar Interior, pengajar piano klasik, maupun tergabung di dalam Group of Photographic Artists.


Kakakku saat ini juga seorang mahasiswi program Pascasarjana Magister Desain yang mencoba melirik fenomena urban kultur. Saya merasa hasil perkuliahannya cukup memenuhi harapan (>3.8) dengan beberapa kajian kertas kerja yang menurut saya menarik untuk disimak lanjut seperti:

  1. Eksplorasi nilai-nilai arsitektur & lingkungan stasiun Kereta Api Tanjung Priok (2009-2010).
  2. “Taoisme” dalam penerapannya pada institusi pendidikan seni & desain (2010).
  3. Hunian sebagai identitas gaya hidup di Jakarta dalam kajian sosial kultur (2010).
  4. Hunian sebagai identitas gaya hidup di Jakarta dalam kajian sosial ekonomi (2010).
  5. “Tension Between Reality and Illusion”, sebuah karya lukis dalam kajian estetika terapan (2009).
  6. Manusia dalam kreatifitas, sebuah pendapat tentang buku “On Creativity by David Bohm” (2009)
  7. “Sound of Nature“, sebuah illustrasi kreatifitas bertema air yang diterapkan dalam penerapan arsitektur & interior Café, bersama rekan Andreas dan Pricilla Armilla (2009).

Selain itu ada berapa kajian yg menarik seperti topik dibawah ini, tapi minimnya literature, ruang dan waktu membatasinya untuk melangkah lebih lanjut.

  1. Pola kehidupan hunian Jakarta pada masa lampau adalah berbentuk petak maupun gang buntu sebagai bentuk lingkungan rumah perkampungan kota (hunian komplek bersama) yang berkonsep semi tertutup, berkesan akrab, saling peduli, gotong royong, aman dan nyaman. Mungkinkah hal ini dapat diterapkan dalam rancangan pembangunan hunian pola kehidupan modern (saat ini), dengan sosial kultur ‘gotong royong’,dan hidup dalam bentuk kawasan lingkungan yang sehat dan tenteram, serta dipadu dengan tata bangunan maupun ruang beriklim tropik kepulauan (fengshui) dalam sebuah estetika terapan.
  2. Pola dan makna pintu gerbang dalam suatu bangunan (hunian) adat Bali (Nata / Gapura) dengan bangunan (hunian) klasik Beijing (Siheyuan) ditinjau dari konsep dan falsafah kehidupanan sosial masyarakat dan keluarganya.
  3. Pola perbandingan geomorfologi dalam falsafah tata bangunan istana kerajaan di Beijing dengan keraton kerajaan di Jogyakarta dan bangunan istana pemerintahan Republik Indonesia, yang ditinjau dari kajian unsur fengsui maupun prediksi dalam sebuah perjalanan sejarah kekuasaan dinasti.

Tentu saja menarik disimak pola pandang dari “Taoisme”, “Fengshui”, “Yijing”, “Sound of Nature”, “Kultur tradisi etnik”. Disini saya hanya bisa mendukung kepada kakakku semoga sukses di bidang perdalaman ilmu desain yang memiliki nilai falsafah budaya seni dan merupakan milik bangsa sendiri dengan kreatif serta estetika terapan yang indah dan nyaman. Semoga langgeng dan memperoleh hasil predikat yang memenuhi harapan dalam perjalanan akademisnya.

enjoy, peace and love from sukra

referensi foto: http://alamendah.files.wordpress.com/2010/04/burung-kepodang-oriolus-chinensis01.jpg

Read More......

Artikel Favorit dalam 1 minggu