Kamis, 24 Maret 2011

Percaya (Believe)

"Jika kamu percaya akan kemampuanmu, maka kamu akan berhasil"

Ini adalah sebuah pernyataan klasik yang mudah untuk dilakukan tapi sulit untuk direalisasikannya. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat yang terus menanamkan ketidak percayaan kepada apapun termasuk diri kita sendiri.

Percaya pada diri sendiri, menurut saya sudah banyak yang menceritakan hal tersebut baik dalam seminar-seminar yang diisi oleh para motivator atau buku-buku pengembangan diri. Jadi pada kesempatan ini saya hanya ingin memberikan contoh rasa percaya kepada hal yang lain yang tentu akan menjadi kesuksesan dalam skala yang lebih besar.

Seorang paneliti dan pengajar (assistant professor) asal Indonesia di Jepang bernama Khoirul Anwar berhasil mengembangkan teknik baru yang salah satunya untuk sistem telekomunikasi 4G. Ini adalah sebuah kenyataan yang pada awalnya dianggap mustahil yaitu sebuah sistem yang sangat sederhana tetapi mampu mengalahkan sebuah sistem yang super. Gambaran sederhananya, sistem super ini dapat mengingat kejadian error hingga 11 tahun, sedangkan sistem sederhana hanya mampu mengingat error 1 minggu lalu. Secara logika sistem super akan lebih baik, karena akan mampu mengoreksi error lebih banyak karena ingatannya yang kuat sampai 11 tahun. Tetapi kenyataanya ia dapat dikalahkan oleh sistem yang hanya mengingat kejadian error 1 minggu yang lalu. Jawabannya adalah karena sistem sederhana tadi menerapkan pertukaran rasa saling percaya di antara komponennya yang diwujudkan dengan dengan nilai log-likelihood ratio. Dalam setiap proses pertukaran, nilai ini selalu naik/membaik. Hal ini membuat sistem sederhana tadi tidak perlu mengeluarkan energi yang besar untuk sebuah hasil yang mendekati sempurna.

Contoh kedua adalah sikap orang jepang ketika menghadapi sebuah kondisi yang saya namakan "Jepang tenggelam" yaitu tidak panik. Rasa aneh, bagaimana orang-orang Jepang bisa begitu tenangnya dalam menghadapi berbagai bencana yang dimulai dari gempa, tsunami dan meledaknya PLTN. Sedangkan warga asing yang berada di Jepang kepanikannya sudah luar biasa hebatnya meskipun jarak dari pusat bencana sudah lebih dari ratusan kilometer. Jawabannya adalah karena mereka percaya kepada pemerintahannya dan mereka juga percaya bahwa pemerintahan akan melakukan yang terbaik dan selalu memikirkan rakyatnya.

Dari contoh kedua, saya menyadari betul apa yang menjadi perbedaan bagi warga yang percaya kepada pemerintahan dan warga yang percaya kepada berita yang pada umumnya hanya melebai-lebaikan (membesar-besarkan) sebuah masalah. Jujur saya termasuk orang yang panik pada saat terjadinya "Jepang Tenggelam" tapi saya berusaha untuk tidak panik karena yang saya lihat adalah data bukan berita.

Sebuah negara yang kokoh akan menjadi rapuh meskipun KKN tidak ada didalamnya. Penyebabnya adalah ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintahannya yang notabene karena masyarakat hanya bisa menyampaikan hal yang negatif (bukan hal yang positif) dan kemudian dibesar-besarkan. Bagaimana jika hal yang disampaikan adalah hal yang positifnya saja?

Contoh ketiga adalah misi bunuh diri pekerja reaktor nuklir. Mereka adalah manusia biasa yang mana rela mengorbankan hidupnya untuk orang lain. Cerita selanjutnya, saya percaya anda sudah tahu apa yang ingin saya sampaikan.


Believe that no matter what happens, you have the power to prevail.
Believe that everyone has the power to be good at heart.
Believe that no matter who you are or where you’re from- everyone is unique
Believe that if you think you can, you can- but if you think you can’t, you won’t.
Believe that evil does exist in many forms, but all can be overcome.
Believe that your personal values can never be taken from you
Believe that one smile can save a life
Believe that the unbelievable happens everyday
Believe that as long as you believe in yourself- anything is possible

Percaya adalah sebuah kekuatan untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Mulailah percaya pada diri sendiri, kepada sahabat, orang lain dan seterusnya.

Enjoy, peace and love from Sukra.

Referensi

Read More......

Rabu, 16 Maret 2011

Hari Kelabu di Jepang

Dimulai dari 11 Maret 2011 hingga 15 Maret 2011 adalah hari kelabu di Jepang bagi saya. Melihat berbagai bencana yang terus-menerus terjadi membuat perasaan cemas, takut dan panik menghampiri. Siapakah yang tinggal di Jepang (khususnya bagian timur jepang) tidak cemas, takut dan panik melihat negara tempat ia berdiri tenggelam.

Hari-hari kelabu ini dimulai dari gempa besar 9 skala ritcher dan tsunami yang tingginya 10 meter, tanggal 11 Maret 2011. Kemudian keesokannya, 12 Maret 2011, bagian luar gedung pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi 1 meledak. Bagi saya, kejadian ini sudah cukup membuat Jepang tenggelam dalam berbagai hal.

13 Maret 2011, keadaan di Jepang sudah mulai menenang walau gempa susulan masih saja ada. Saya berpikir puncak bencana telah berakhir. Walau masih ada rasa cemas dan takut meskipun jauh dari pusat bencana. Disela rasa cemas ini, saya memutuskan untuk melakukan janji saya dengan sahabat-sahabat internasional (Peru, Madagaskar, Mynmar, Jepang, China, Filipina, USA, German, Prancis) untuk makan malam dan kumpul bersama. Mungkin saya dapat dianggap manusia yang tidak peka, tapi namanya sebuah janji haruslah ditepati. Dalam makan malam bersama ini saya menyuguhkan beberapa masakan Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat asing hanya tahu nasi goreng untuk masakan Indonesia dan saya bersyukur mereka menyukai masakan-masakan Indonesia yang saya suguhkan.

Dalam pembicaraan, saya kurang memperhatikan karena sebagai tuan rumah saya harus mempersiapkan segalanya. Tapi yang saya tahu, mereka bercerita tentang kecemasan keluarga mereka tentang keberadaan dirinya dan keberadaan Jepang. Dan sahabat, keluarga mereka menunggu kabar terbaru tentang Jepang dari teman-teman saya ini. Akhirnya saya sadar mereka (warga di dunia ini) peduli akan bencana ini, dan mungkin mereka menganggap ini adalah bencana internasional bukan hanya bencana nasional Jepang.

14 Maret 2011, saya berharap hari ini menjadi hari yang indah karena saya berulang tahun ke 27 pada tanggal ini. Pergi ke universitas untuk melakukan penelitian seperti hari-hari biasa hal ini dikarenakan kita (warga asing) harus beradaptasi dengan sifat orang Jepang yang workholic. Sesampai di universitas, rasa cemas dan takut kembali memuncak setelah mendengar kabar PLTN Fukushima reaktor 3 meledak. Beberapa saat kemudian kabar buruk datang kembali, reaktor nomor 2 mengalami kegagalan. Jadi bisa dibayangkan, jumlah radiasi yang akan dihasilkan dan dalam beritapun kapal-kapal laut US mulai menjauh dari karena telah mendeteksi radiasi yang cukup tinggi dari perairan Jepang. Benar-benar hari kelabu bagi saya, hari yang seharusnya indah menjadi hari penuh kecemasan dan ketakutan.


Lanjut melakukan penelitian, dan hasilnyapun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini membuat rasa cemas terus meningkat. Hal ini dikarenakan penelitian yang saya lakukan berhubungan erat dengan reaktor nuklir yaitu mendeteksi elemen Hidrogen yang mana bila terjadi proses fisi maka reaktor itu akan meledak. Walau saat ini mungkin belum memberikan kontribusi tapi perasaan bahwa hidup mati manusia ada ditangan ini, benar-benar menakutkan. Setelah selesai penelitian dan membuat kesimpulan, professor saya kembali bercerita tentang kejadian reaktor nuklir yang ada di Fukushima tersebut terutama yang terjadi pada reaktor nuklir 3. Baginya ini adalah malu bagi Jepang bagaimana sebuah kegagalan terjadi hingga 2 kali apalagi ini berhubungan dengan keselamatan orang banyak yang merupakan prioritas no 1 di Jepang.

15 Maret 2011, berharap kejadian yang mencemaskan dan menakutkan tidak lagi terulang. Akan tetapi yang saya dapatkan adalah kabar bahwa reaktor nukir 2 meledak dan reaktor no 4 mengalami kebakaran. Tidak tahu secara detail karena ada kemungkinan informasi tersebut ditutup-tutupi, tapi hal yang pasti radiasi yang ditimbulkan telah menyebar hingga kota Tokyo dan dikatakan telah melewati batas normal. Tentu hal ini membuat panik setiap orang dan mereka benar-benar menyerbu supermarket untuk membeli segala kebutuhan terutama makanan dan minuman. Sebagian warga mulai berusaha meninggalkan Jepang atau mencari pengungsian yang jauh untuk memberikan rasa ketenangan karena situasi ini telah memberikan dampak kepada kebutuhan pokok mereka. Pada malam harinya sekitar pk 22.30, kembali terjadi gempa yang mencapai 6.1 skala ritcher di daerah Shizuoka dan 5.8 di laut dekat pusat gempa yang bersakla ritcher 9 minggu lalu.

Tiada hal yang bisa saya lakukan selain berdoa, agar Jepang (tempat kuberdiri saat ini) dan dunia (seperti Mesir dan Libya) kembali aman, tentram dan damai.


Enjoy, peace and love from Sukra.

Gambar 1: miniatur reaktor nuklir

Read More......

Senin, 14 Maret 2011

Jepang Tenggelam

Hanya judul ini yang bisa muncul dalam benak saya. Jepang tenggelam oleh gempa dashyat yang mencapai 9 skala richter (gempa terbesar di Jepang, dan menggeser pulau Honsyu 2.4 meter), tsunami mencapai 10 meter dan rasa takut akan bocornya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi.

Mungkin saya termasuk beruntung ada di bagian barat Jepang, sehingga tidak mengalami lansung apa yang dialami oleh sehabat-sahabat saya yang ada di timur Jepang. Tapi rasa khawatir dan takut tetaplah menghampiri saya sehingga membuat saya cemas dan panik.


Masih teringat bagi saya ketika gempa besar tersebut datang (11 Maret 2011) hingga ke kota Fukui, kota yang jauh dari pusat gempa, getarannya terasa dan mungkin inilah gempa terbesar yang pernah saya rasakan. Apa yang saya lakukan, lari dari lantai 8 hingga keluar dari gedung tapi yang saya lihat hanyalah warga asing dan tidak ada seorangpun dari Jepang yang turun. Setelah selesai getaran tersebut, saya kembali dan melihat orang-orang bekerja seperti biasanya. Menurut saya mereka itu edan bagaimana bisa tidak takut. Tapi inilah Jepang, mereka tahu apa yang harus dilakukan meskipun dalam keadaan panik. Mereka tahu bagaimana menghadapi gempa, dan bagaimana mereka merespon kejadian tersebut.

Setelah beberapa saat, petugas gedung memeriksa setiap ruangan untuk memastikan semuanya dalam keadaan baik, aman dan memberitakan informasi akan gempa tersebut. Informasi menakutkan yang saya terima, gempa 8.9 skala richter (sebelum informasi diperbaharui), dan tsunami hingga 10 meter. Lansung terbayang kejadian yang menimpa Aceh, Indonesia beberapa tahun silam yang memporak-porandakan negeri tersebut dan menewaskan ratusan ribu manusia.

Di saat yang bersamaan saya bersyukur karena tidak terjadi di kota ini (Fukui). Mungkin ini adalah rasa egois manusia tapi memang itulah yang saya pikirkan karena pusat reaktor nuklir ada di daerah kota ini. Di malam hari, setelah mendengar sahabat-sahabat dalam keadaan baik, rasa tenang sudah mulai muncul meskipun masih ada gempa susulan, listrik padam dan matinya transportasi. Lebih menakutkan daripada film "Live Free or Die Hard"

Sebentar-sebentar, saya mengecek berita. Jumlah korban yang jauh lebih sedikit (walau masih tergolong banyak) dibandingkan kejadian tsunami di Aceh adalah wujud keprofesionalan mereka dalam menghadapi bencana alam tersebut. Mereka tahu bagaimana menghadapi gempa dan tsunami, mereka tahu bagaimana keluar dari situasi seperti itu dan mereka tahu kemana mereka harus pergi. Inilah salah satu contoh keprofesionalan negeri sakura yang mungkin tidak dimiliki oleh negara lain termasuk Indonesia (menurut saya).

Keesokannya (12 Maret 2011), kami sudah melakukan aktivitas seperti biasa. Inilah bentuk dari sebuah tanggung jawab yang membuat saya menggeleng-gelengkan kepala. Mungkin ini dapat dibilang keegoisan, tapi inilah yang membuat Jepang dapat berdiri.

Sore hari kabar yang tak ingin didengar kembali terdengar yaitu meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima Daiichi. Rasa takut muncul kembali, apalagi saya belajar di bagian power nuclear and safety energy sehingga tahu apa yang terjadi jika reaktor nuklir itu meleleh dan memancarkan radiasi. Apakah kejadian seperti Hiroshima dan Nagasaki akan terjadi lagi di Jepang atau kejadian Chernobyl di Ukraina yang merupakan major accident - level 7 (skala 0-7).


Kembali memantau situasi dari internet. Bagaimana orang Jepang sigap menghadapi masalah ini. Dimulai dari mengevakuasi masyarakat yang beradius 10 km yang kemudian meluas hingga 20km (walaupun masih terdapat korban), dan bagaimana menyelesaikan permasalahan yang ada di PLTN Fukushima tersebut (bencana level-4 Accident with Local Consequences). Walaupun informasi yang simpang siur sempat terjadi yang mana disebabkan peristiwa meledaknya PLTN tersebut tersiar lansung di televisi dan kemudian secara spontan masyarakat membayangkan hal terburuk apa yang akan terjadi. Tapi inilah Jepang, sigap dalam mengatasi masalah dimulai dari penyampaian informasi, antisipasi apa saja yang perlu dilakukan, dan terjun ke lapangan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga membuat masyarakat lebih tenang.

Inilah sebuah keprofesionalan yang patut diacungin jempol meskipun mereka ada di negara yang sedang tenggelam oleh bencana.

Enjoy, peace and love from Sukra

referensi foto:

before and after earthquake

Read More......

Jumat, 11 Maret 2011

Munafik dan Cahaya

Negara ini, lebih tepatnya dunia ini, telah berubah menjadi dunia edan. Korupsi, kolusi dan nepotisme telah meraja lela. Dunia ini telah dipenuhi oleh manusia-manusia munafik, tidak hanya saya tapi dirimu, dirimu, dirimu dan dirimu.

Apakah ada cahaya terang yang akan menuntun kita keluar dari dunia yang kelabu ini. Yang sering saya temui bukanlah cahaya terang tapi cahaya redup yang sebentar lagi akan padam. Pernah tahukah anda, mengapa lebih banyak cahaya redup daripada cahaya terang. Pernah tahukah anda, apa isi hati mereka terhadap dunia ini.

Mungkin ketika anda bertanya, semburan api naga akan keluar dari mulutnya dan kemudian dilanjutkan dengan tetesan air mata dari sang dewi dan pengikutnya (alias yang bercerita dan yang mendengarkan ikut menangis).

Ketika semburan api naga yang keluar (ngomel-ngomel desertai dengan kutukan-kutukan yang umumnya berupa bencana yang disebabkan oleh alam), seseorang yang munafik berkata:

Janganlah begitu...

Selama ada cahaya berarti masih ada jalan untuk merubahnya. Dimanakah cahaya itu? Ada dalam diri kita masing-masing. Oleh sebab itu kita sebagai warga yang baik (walau pada kenyataannya baik buruk tergantung pada diri masing-masing dan saya menganggap semua makhluk adalah baik) haruslah jadi contoh dan teladan.

Berita tentang korupsi, kolusi dan nepotisme janganlah terlalu dipikirkan dan dibesar-besarkan apalagi dari negara lain. Kata orang, kita adalah bangsa yang ramah (lebih tepatnya bangsa pelupa) sehingga dapat memaafkan hal-hal yang buruk. jadi berusahalah untuk memperbaiki bangsa ini walapun sulit. Lebih baik mencoba daripada tidak. Selama bangsa ini adalah bangsa yang ramah jadi kita dapat terus memperbaikinya.

Untuk kutukan akan bencana, mengapa harus menunggu alam yang melakukannya. Sebarkan saja racun atau penyakit yang mana efeknya lebih nyata. Sebetulnya dari topik ini saya bisa ambil sebuah kesimpulan bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang besar, janganlah hanya bermimpi dan tidak melakukan sebuah usaha. Contohlah negara-negara besar yang berusaha menciptakan sesuatu yang nyata untuk mewujudkan mimpi tersebut. Mungkin ini contoh akan kekejaman yang terbukti ampuh, tembakan saja bom nuklir yang menewaskan ratusan ribu jiwa.

Ketika tetesan air mata sang dewi muncul karena rasa pedih menusuk karena mengingat apa yang telah dilakukan dan yang dirasakan ketika dunia ini tidak ada lagi yang peduli sehingga perubahan yang diharapkan tidak mendekat melainkan menjauh. Rasa pesimis, meredupkan cahaya terang ini ditambah dengan pernyataan yang diyakininya benar yaitu perbuatan yang tidak benar memang lebih mudah untuk dicontoh daripada perbuatan yang benar.

Jawab seorang yang munafik:

Sahabatku yang penuh dengan kasih. Saya menyetujui pernyataan bahwa perbuatan yang tidak benar itu lebih mudah untuk dicontoh. Hal ini disebabkan manusia itu senang akan hal-hal yang menarik perhatian. Untuk hal-hal yang baik biasanya tidak menarik perhatian karena sudah bosan dengan palajaran pancasila atau ppkn di sekolah dan hal ini diperparah lagi karena bangsa kita adalah bangsa yang ramah (dibaca pelupa). Jadi kita haruslah mengingatkannya setiap hari dan memang ini pekerjaan yang susah. Jadi tetap semangat.

Siapakah yang memancarkan cahaya. Kamu adalah salah satu dari cahaya itu. Saya percaya, rasa sakitmu ini telah membuat orang terketuk hatinya (yang pada kenyataan adalah diri dari seorang yang munafik ini). Kamu adalah cahaya dan saya berharap cahaya tersebut tidak padam karena kalau padam siapa lagi yang akan memberikan penerangan untuk mencari saklar lampu yang mati atau lilin yang ada di salah satu laci rumah.


Sadar telah menjadi manusia yang munafik tapi tidak apa sekali-kali menjadi manusia munafik yang penting dapat membuat orang senang dan menerangkan kembali cahaya yang telah redup. Membuat orang senang itu dapat pahala loh...


Tekun dan sabar itulah yang mereka lakukan untuk menciptakan sebuah cahaya yang terang. Selama ini saya percaya akan tulisan yang saya buat adalah cahaya untuk para pembaca. Kuterbitkan sebuah buku dengan judul "Intip & Lirikan Sukra" pada tahun 2009 berharap agar cahaya ini tidak pernah padam walau banyak orang mengatakan buku ini sulit untuk bertahan karena tidak sesuai dengan pasar. Hari ini, saya hanya bisa terkejut bahwa buku ini bisa sampai di National Library of Australia.

Enjoy, peace and love from Sukra.

Read More......

Artikel Favorit dalam 1 minggu