Selasa, 01 Januari 2008

Sejarah Wayang

Setelah pada artikel sebelumnya bercerita tentang wayang di pergelaran sekarang aku ingin membuka sedikit tentang perkembangan wayang itu sendiri.

Wayang merupakan suatu karya bangsa yang telah dikenal sejak 1500SM dan dalam perkembangannya bersentuhan dengan unsur lain dan terus berkembang sehinga menciptakan wujud dan isinya seperti saat ini. Jadi wayang saat ini tidaklah sama dengan wayang pada masa lampau dan wayang masa depan tidaklah sama dengan wayang masa kini akan tetapi dalam setiap perubahannya tidak mempengaruhi jati dirinya. Hal ini disebabkan wayang memiliki landasan yang kokoh antara lain hamot, hamong dan hamemangkat. Dengan landasan itu menyebabkan wayang memiliki daya tahan dan daya kembang sepanjang zaman. Disamping itu juga adanya kebijaksanaan pengembangan wayang yang telah digariskan dengan strategi Trikara, Pancagatra.

Hamot adalah keterbukaan menerima pengaruh dan masukan dari dalam dan luar. Hamong adalah kemampuan untuk menyaring unsur yang baru dan sesuai dengan nilai yang ada selanjutnya diangkat menjadi nilai yang cocok dengan wayang sebagai bekal untuk bergerak maju sesuai dengan perkembangan masyarakat. Hamemangkat adalah suatu nilai menjadi nilai yang baru yang mana melalui proses yang panjang dan dicerna secara cermat. Sedangkan, Trikarsa adalah tekad untuk melestarikan, mengembangkan dan mengagungkan wayang. Oleh karena itu wayang dapat menunjukan kemampuannya sejak zaman kuna, hindu dan sampai sekarang.

Periodisasi perkembangan wayang bermula pada zaman kuna yaitu zaman ketika nenek moyang kita masih menganut animisme dan dinamisme. Dalam kepercayaan ini diyakini roh orang yang sudah meninggal masih tetap hidup dan semua benda adalah bernyawa dan memiliki kekuatan. Sehingga mereka tetap dipuja dan dimintai pertolongan. Jadi untuk memuja roh nenek moyang, mereka melakukan ritual tertentu dimana diwujudkan dalam bentuk gambar dan patung. Roh nenek moyang yang dipuja dikenal dengan panggilan hyang atau dahyang.

Orang bisa berhubungan dengan para hyang ini melalui seorang medium yang disebut dengan syaman untuk minta pertolongan dan perlindungan. Jadi proses ritual pemujaan nenek moyanglah asal muasalnya wayang. Hyang menjadi wayang dan syaman adalah dalangnya. Sedangkan ceritanya adalah petualangan dan pengalaman nenek moyang. Dengan bahasa yang dipakai adalah bahasa jawa asli.

Dalam masa perkembangan wayang dari zaman dahulu hingga sekarang didapatkan beberapa perubahan antara lain pada bentuk dan seni rupa wayang yang semula seperti relief wayang di candi menjadi imajinatif falam arti tidak seperti bentuk manusia, seluruh anggota badan tetap lengkap atau fungsional namun tidak proposional akan tetapi terkesan indah. Hal ini dikarenakan adanya penolakan terhadap berhala, namun tetap menghadirkan tokoh wayang sebagai gambaran manusia lengkap dengan nama dan sifatnya. Kedua, pertunjukan yang hanya berlansung pada malam hari dan memakan waktu 7-8 jam. Hal ini diperuntukan perjalanan kejiwaan memahami hakekat hidup, dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Pada akhir cerita wayang adalah suatu kebudayaan yang terus berkembang dan setia pada misinya dan fungsi yang diemban, yaitu sebagai sarana hiburan sekaligus menyampaikan pesan-pesan. Wayang berfungsi sebagai sarana penerangan, pendidikan dan komunikasi massa yang sangat akrab dengan masyarakat pendukungnya dengan tujuan akhirnya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

untuk akhir kata. enjoy, peace and love from me.

Referensi:
Ensiklopedi Wayang Indonesia , Jakarta, Sena Wangi, 1999
http://www.wamister.ch/allerlei/exindo/wayang.jpg

Related Posts by Categories



0 comments:

Artikel Favorit dalam 1 minggu