Tema dari sebuah cerita jadul yang hampir terlupakan. Iseng-iseng pada waktu senggang, saya membaca kisah ini dan takjub karena roman terbitan Balai Pustaka, karangan Abdul Muis yang terbit tahun 1928 ini menceritakan tentang masalah hidup yang masih sering terjadi hingga saat ini.
Berikut adalah ringkasan cerita yang saya persingkat:
Tokoh utama kisah ini adalah Hanapi, seseorang yang dididik secara barat baik di sekolah maupun di rumah yang mana diharapkan kelak menjadi orang pandai. Sayang pendidikannya memberikan bentuk yang salah dalam diri Hanapi yaitu menjadi kebarat-baratan dan menganggap adat timur itu jelek. Bahkan menjadikan Hanapi sering memandang rendah orang lain. Tokoh kedua Corrie du Bussee yang merupakan anak blasteran Prancis dan Indonesia. Corrie dikisahkan sebagai kawan sepermainan Hanapi yang kelak berubah menjadi orang yang dicintai.
Pada awalnya cinta Hanapi bertepuk sebelah tangan karena pengaruh masyarakat dan peranan orang tua. Dilanjutkan dengan Hanapi yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Alhasil kehidupan keluarga Hanapi bagaikan majikan dan pelayan rumah tangga yang menyebabkan banyak mendapat kecaman dari masyarakat.
Akibat sebuah keadaan, Hanapi harus pergi jauh dan disana ia bertemu lagi dengan Corrie. Dimulailah benih-benih cinta yang telah padam itu tumbuh. Akhirnya mereka menikah meskipun memiliki hambatan besar yaitu perbedaan bangsa. Akibatnya banyak penolakan dari masyarakat, perbedaan pendapat, pertengkaran dan fitnah.
Belum selesai kesengsaraan mereka, datang lagi pihak ke-3 yang menyebabkan hilangnya rasa percaya dan berakhir dengan sebuah perceraian. Karena perasaan api cinta tersebut masih ada maka usaha Hanapi untuk menggapai kembali masih menggelora. Tapi sayang ungkapan perasaan bahwa mereka saling mencintai tersebut tercapai ketika Corrie sekarat yang mana satu hari kemudian meninggal.
Hancur perasaan Hanapi menyebabkan ia kembali ke kampung halaman. Tapi apa daya istri terdahulunya tak mau tinggal serumah. Dengan perasan tak berguna, Hanapi meminum sublimat (racun) yang mana menyebabkan ia harus pergi dari dunia ini. Tapi sebelum mengakhiri hayatnya, Hanapi berpesan kepada ibunya agar anaknya dididik dengan sebaik-baiknya dan jangan mengikuti jejak ayahnya yang salah tersebut.
Analisa yang saya dapat dari kisah tersebut:
Jika ada kesalahan dari alur cerita mohon dimaafkan dan pandangan saya tidaklah selalu benar.
Satu lagi perasaan penasaran. Dalam masyarakat global ini apakah perkawinan masih melihat perbedaan ras, kultur, bangsa, agama, suku dan latar belakang pendidikan keluarga? Apakah cinta yang merupakan bagian dari suatu kehidupan anak manusia bisa menembus perbedaan tersebut dalam dunia nyata?
Beradaptasi adalah dasar dari kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sosial.
Enjoy, peace and love from Sukra.
Referensi: Badudu Yus, "Buku dan Pengarang", Khazanah Bahari, Bandung, 2008
Referensi photo:
http://www.bearbookstore.com/Merchant2/graphics/00000001/balai/BA0818.gif
Doa yang Indah
7 bulan yang lalu
16 comments:
ceritanya menarik bos
hmmm..jadi mikir ne.. bener ga yyy ada yg namanya " the power of love"..???
seeppp postinganya cuuyyy.. cory, td komentx smpt khapus coz penasaran az sm ikon tmpat sampah itu..xixixiiii...
.....
Kayaknya gw salah asuhan yak?
Sedih....
T___________________________T
Cint sejati pasti ada seperti halnya kesejatian kita sebagai seorang manusia yang lahir karean cinta. apa mungkin kita lahir tanpa cinta
ingat waktu smp duluuu...
lagi banyak2nya baca buku dari Balai Pustaka..
sesuatu yg baik di barat belum tentu baik di timur,begitu pula sebaliknya.
seyogyanya kita selalu berpegang teguh dg pribahasa:
"dimana bumi dipijak,disitu langit dijunjung"
menurut aku, cinta harus didasarin dengan cara berpikir logika, cinta harus didasarin dengan persamaan pendidikan, dan juga jalan pikiran, dan latar belakang keluarga juga harus sama, saling memberikan dan juga menerima.
pendidikan keluarga adalah sangat penting, tidak barat or timur adalah sama, pendidikan barat ada bagusnya, asal kita ambil yang baik dari pendidikan barat, dan juga pendidikan timur, ada positif dan negatifnya, asal kita sadarin, anak seperti tanah, yang kita bentuk dari sejak kecil, demikian juga batu, kalau kita tidak asah, mana bisa kita dapatkan batu yang bagus, sepeti mengasuh anak.
Perkawinan dengan berbagai perbedaan itu masih memungkinkan jika saja hanya bisa di lakukan hanya dengan pasangan. Tetapi karena kita hidup di Timur, tentu melibatkan orang-orang yang disekeliling. Inilah masalahnya.
hue emang kl bicara cinta gak ada matinye..^^
ini buku yang dulu wajib kubaca sbg bagian pljrn bahasa indonesia, ada beberapa buku sastra lama, yaitu pada sebuah kapal dan siti nurbaya
*jd inget masa2 SMP*
pernah baca ini jaman SMP..
seperti buku siti nurbaya juga...ceerita yang menarik dan memberi kita pelajaran berarti
Thx visiting me..
salam kenal juga yahh
"salah asuhan", menarik juga..zu
cinta tu klo di bahas ga kan ada abisnya deh...
ayo introspeksi diri, salah asuhan ga ya kita???
salam kenal sukra ^^
saya pernah baca ini pas esde
saya jadi mikir, rajin amad saya, masih esde bacaan nya berat begini =p
tp sekarang lupa, jadi pengen nostalgia lagi novel2 yg udah saya baca pas esde
(layar terkembang ama siti nurbaya)=p
btw, ada alamat download ebook nya ga mas ^^ ?
Mantap banget gan artikelnya. . Update terus ya Informasi terbarunya
salam sehat & terimakasih
Posting Komentar