Itulah namaku dalam bahasa Han Yu yang artinya suara bel dan merupakan sumber kebijaksaan. Lahir di hari rabu kliwon dengan bintang pisces dan shio tikus kayu, tidak menjadikanku sebagai manusia istimewa walau aku percaya bahwa aku adalah manusia yang terpilih.Diawali dari detik-detik kelahiranku, ayahku tidak berada disamping ibu , karena sesuatu tugas mulia yaitu melobi pimpinan negara akan sebuah kajian peraturan undang-undang yang mendiskriminasi kaum komunitas etnik dalam lembaga dan tatacara kepercayaan agamanya oleh legislatif pada era politik orde baru. Sukses dalam melobi membuat ayahku percaya bahwa kelahiran seorang bayi laki-laki ini adalah sebuah isyarat untuk sesuatu perubahan baik bagi keluarga dan komunitas kelompok etnik tersebut.
Meski proses pertumbuhan masa kecilku layaknya anak kecil lainnya, ternyata keterlambatan dalam berbicara yang sempat kekhawatiran orang tua. Diceritakan bahwa saya dapat berbicara ketika mendapatkan doa berkat dari yang mulia Ven Beru Khyentse Rimpoche dari Nepal Tibet dalam perjalanan kunjungan ke Borobudur Jateng. Sekali lagi sesuatu fenomena menakjubkan terjadi “Aku bisa berbicara seketika "peristiwa inilah yang dijadikan lentera wejangan bagi kehidupan keluargaku". Belajar , berlatih, membersihkan dan membangun batin jatidiri yang bijak untuk meneteskan segala hambatan dalam kehidupan pengabdian. Boleh percaya boleh tidak , memang itulah kenyataan.
Tahun 1996 adalah era perubahan bagi tatanan kehidupan keluarga serta lingkunganku. Ayah yang merupakan seseorang yang sangat idealis dalam kepedulian membangun sumber daya manusia yang berkualitas untuk menyambut era dunia abad baru berupaya dengan sebuah rancangan yang mana contoh pelaksanaannya diterapkan di keluarga dan rekan dekat, termasuk diriku tak terelakan. Sebuah konsep rancangan pendidikan serta prioritas sasarannya (dari sebuah catatan tahun 1996 dijabarkan padaku tahun 2000)
- periode punca, lahir ~ 14 tahun, sasaran pendidikan keluarga.
- periode remaja,umur 15 ~ 24 tahun, sasaran pendidikan akademis.
- periode dewasa,umur25 ~ 34 tahun, sasaran pemahaman sosial.
- periode mandiri,umur 35 ~ 44 tahun, sasaran pemahaman jatidiri.
- periode mapan, umur 45 ~ 54 tahun, sasaran kebijakan berkarya.
- periode matang,umur 55 ~ 64 tahun, sasaran kebijakan berbakti.
- periode purna , umur 65~meninggal, sasaran kepastian spiritual.
Apakah saya menjadi bagian rancangan pelaksanaan tersebut? Hal yang pasti pendidikanku sesuai dengan tepat kurun waktu. Diawalinya dengan tamat di SD, SMP,SMU, sarjana dan master. Dan saat ini 2009, saya mendapatkan beasiswa Monbukagakusho dalam pendidikan program S3 diJepang dengan bidang riset penelitian pengendalian energi (Nuklir).
Inilah yang ingin kusampaikan, saat berumur 20 tahun ,saya mendapat arahan dan pandangan tentang perjalanan pendidikan akademis dalam pilihan yang harus ditempuh dengan pemahaman sosialisasi serta kebijakan berkarya yang mana akhirnya terjun berinteraksi di dunia penelitian.
Mungkin saya adalah manusia yang sangat beruntung mendapat bimbingan dibawah Dr,K.Hendrik Kurniawan , Dr.Kiichiro Kagawa , Dr.M.O.Tjia serta renkan-rekan peneliti senior yang mana memberi peluang serta tempat untuk berkarya dan menyertakan namaku sehingga tertera di “Google Cendekia”, Sekali lagi terima kasih untuk semuanya.
Sadar bahwa perjalanan masih panjang dan penuh tantangan, tentu perlu dukungan dari kebersamaan semua untuk tercapainya sebuah cita-cita kesuksesan yang bisa mengukir sejarah bangsa negara dan pengabdian kehidupan manusia yang maju dan beradab.
enjoy, peace and love from Sukra Read More......