Ini adalah hasil rasa penasaranku akan nama-nama bahaela sepanjang jalan Gajah Mada. Rasa penasaran ini dikarenakan nama jalan dan nama bangunan yang diberikan pada zaman itu unik dan menurutku juga berguna untuk menelusuri cerita-cerita jadul yang pernah ada.
Pemberian nama atas jalan biasanya berdasarkan atas tiga hal yaitu berdasarkan tanda atau ciri khas lingkungan sekitarnya, berdasarkan nama pemilik atau merupakan nama pemberian pemerintah.
Kita mulai dari jalan utama Molenvliet West yang sekarang dikenal dengan jalan Gajah Mada. Molenvliet adalah nama kali yang dibangun oleh Kapten Phoa Bing Am pada tahun 1648. Nama Molenvliet ini diambil dari kata molen yang berarti kincir dan vliet yang berarti aliran. Hal ini dikarenakan pada saat itu di sekitar Lapangan Glodok banyak terdapat kincir pembuat mesiu, kertas, dll.
Sekarang kita mulai telusuri jalan Gajah Mada ini dari jl Suryapranoto hingga Glodok. Jl Suryapranoto dulunya bernama Apenwacht atau Jaga Monyet. Nama Jaga Monyet ternyata sesuai dengan namanya adalah pos penjaga untuk menjaga monyet masuk ke dalam kota karena dahulu masih merupakan hutan belantara.
Perjalanan berlanjut. Duta merlin (Hotel Des Indes). Hotel yang dikenal juga dengan nama Hotel Duta Indonesia adalah sebuah hotel termegah yang berdiri pada tahun 1856. Pada usia 115 tahun yaitu tahun 1971 hotel tesebut telah hilang dan menjadi kompleks pertokoan Duta Merlin yang sekarang Carrefour. Hiks hiks.
Sebagai informasi: weg berasal dari bahasa Belanda yang memiliki arti gang atau jalan. Jl. K.H. Hasyim Ashari (Choulan Weg), Jl. Alaydrus. Jl Alaydrus disebut karena pada saat itu pemiliknya orang Arab kaya bernama Habib Abdullah Bin Husein Alaydrus. Jl. Pembangunan 2 (Molenvliet West Binnen Weg), Bank Niaga (Speed Building), Jl. Pembangunan 1 (Chasse Weg), Gajah Mada Plaza (Hotel Andalas), Jl. Zainal Arifin (Jl. Ketapang). Jl Ketapang merupakan suatu pembatas dimana bagian selatan Jl Gajah Mada umumnya merupakan bangunan pemerintahan Belanda dan bagian Utara adalah perjalanan yang akan kita telusuri yang merupakan China Town Djakarta. Di Jl Ketapang terdapat dua bangunan penting yaitu Penggadaian (satu dari tiga penggadaian terbesar daerah itu) yang berada tepat di seberang Gajah Mada Plaza dan pabrik Gas di pertengahan jalan yang menuju ke dalam.
Jl Ketapang Utara (Gang Unilan), Gang Buntu, Jl Keselamatan (Gang Madat Gede), Jl Kejayaan (Gang Petasan), Bakmi Gajah Mada (Chung Hoa Chin Nien Hwe). Chung Hoa Chin Nien Hwe adalah gelanggang dan perkumpulan pemuda Tionghua. Jl. Kebahagiaan (Gang Krukut) adalah tempat komunitas orang-orang Arab. Akhirnya sampai ke Museum Gedung Arsip (rumah istirahat Reiner de Klerk) dan Gedung BCA (Hotel Palembang). Mau cerita tentang rumah istirahat Reiner de Klerk nanti di lain waktu jika ada kesempatan yah dan Hotel Palembang memiliki keunikan sendiri yaitu memiliki sumber air panas alam.
Jl. Kerajinan (Kampung Jawa) merupakan komunitas masyarakat Jawa dan disebut juga Petukangan karena ada sekolah pertukangan. Jl. Kesejahteraan (Gang Madat Kecil), Jl. Keamanan (Gang Kancil), kompleks ruko (bengkel besi Nio Peng Long), Jl. Keagungan (Gang Tembok), kompleks ruko (Hotel Chia Ling), Jl. Kesederhanaan (Gang Perotian), Jl Ketentraman (Gang Tiongkok). Jl Ketentraman hanya meninggalkan nama saja karena telah berdiri Apartemen Mediterania Gajah Mada. Tanah tempat berdirinya apartemen ini dahulu merupakan Hotel Sin Hwa.
Perjalanan berlanjut Gedung SMU Negeri 2 no.168, Jl Keadilan (Gang Klenteng). gedung Candranaya no.188 (Sin Ming Hui), Jl Kemurnian 6 (Gang Cemara), Jl. Kemurnian 4 (Gang Mangga), City Lofts (Gedung bekas kedutaan RRT no.204, Gedung AW Brother Tiger Balsm), Jl. Kemurnian 1 (Gang Torong), kompleks ruko (Hotel Jin Ping), Gang Tiker dan diakhiri dengan Glodok City. Tiga gedung yaitu SMU Negeri 2, gedung Candranaya dan gedung bekas kedutaan RRT adalah bangunan arsitektur Tiongkok yang merupakan rumah-rumah saudara mayor Khouw Kim An.
Sekian dulu penelusuran Molenvliet West. Sebagai tambahan perjalanan akan berlanjut ke Pancoran hingga Jl. Pintu Kecil. Btw Glodok City dahulu adalah tanah lapang sehingga Jl Medan Glodok tak ada nama lamanya. Hihihihi.
Sepanjang Jl Pancoran (Pusat Pecinan Djakarta) terdapat Jl Kemenangan (Petak Sembilan), Jl Pancoran 5 (Kali Mati). Menyebrang melewati Jl Toko Tiga sampai kita di Jl Pintu Kecil. Sepanjang Jl Pintu Kecil terdapat Jl Pintu Kecil I (Gang Kong Kuan). Jalan ini disebut juga gang Batu karena terdapat pengrajin batu atau pembuat prasasti. Jl Pintu Kecil II (Gang Rotan), menyebrang Jl Petongkangan dan Jl Petak baru akan ditemukan Jl Pintu Kecil III (Gang Burung), Jl. Pasar Pagi dan Jl Telepon Kota, Jl Malaka. Akhirnya selesai juga perjalanan hingga batas akhir China Town. Jl Telepon Kota karena terdapat kantor telepon.
Senang dan sedih bercampur. Senang karena akhir aku mengetahui nama-nama bahaela tapi sedih karena banyak gedung yang menjadi saksi mata sejarah telah hilang karena perkembangan zaman. Terima kasih kepada Bapak Tjan Tek Liong dan Ibu Christina sebagai sumber informasi. Enjoy, peace and love.
Referensi Gambar: Periplus Travelmaps Indonesia Area & City Maps Jakarta 2005/2006 edition
Doa yang Indah
7 bulan yang lalu
2 comments:
halo...mas sukro salam kenal!
ni pertama kalinya gw baca blog muw...
blog tentang nama-nama jalan jaman bahela informatif banget...
wah.. risetnya lengkap juga nih.. salam kenal juga..
Posting Komentar