Senin, 17 Maret 2008

Warung Kopi

Ketika aku mendengar sebutan ini kuhanya teringat akan dua hal yaitu Dono Kasino Indro yang merupakan lagenda di dunia perfilman Indonesia dan Cafe tempat minum kopi di metropolitan. Makanya sedikit aku terkejut ketika kuberada di Aceh mendengar orang tiap hari ke warung kopi bahkan hingga dua kali sehari. Maklum jika nonton di televisi kopi biasanya dibuatkan oleh sang istri. hehehehehe.

Rasa penasaranku timbul, akhirnya aku bertanya,"Apa yang dilakukan orang Aceh hingga suka sekali ke warung kopi?". Ternyata mereka datang untuk bercerita, berbagi informasi tentang apa yang mereka peroleh, bertukar pikiran. Tentang harga dan makanan yang diperoleh menurutku biasa saja yaitu 1.500 sampai 3.500 rupiah untuk kopinya dan makanan berupa kue-kue basah. Oyah satu keunikan lagi mereka dapat saling mengenal antar meja. Keren kali yah..

Setelah dipikir-pikir di Jakarta orang minum kopi ke cafe untuk gengsi dan menikmati suasana seperti mendengarkan musik, membaca majalah, dll. Hargapun tidak termasuk relatif murah alias mahal (biasanya 25.000 rupiah keatas) dan sulit untuk membayangkan orang bisa mengenal satu dengan meja yang lain kecuali ada daya tarik tersendiri.

Disini kubandingkan dan ada satu hal yang menurutku aneh. Kata orang informasi memiliki harga yang mahal, akan tetapi disini membuktikan bahwa informasi jauh lebih murah daripada suasana dan alunan musik. Hmmm...... Jadi apakah betul informasi memiliki nilai yang mahal? Atau manusianyalah yang lapar akan gengsi?

Hahaha lucu, tapi keren juga. Enjoy, peace and love.

Referensi photo: http://static.flickr.com/123/404602929_14da427fbb.jpg

Related Posts by Categories



5 comments:

deti mengatakan...

btw, kopi ulee kareng enak bener.. hehehe

nowGoogle.com adalah Multiple Search Engine Popular mengatakan...

mampir kesini lagi

Pulsa Elektrik dan Operator telekomunikasi mengatakan...

kompi emang enak tenang

Coretan Imtihan mengatakan...

separuh lebih orang desaku hidup dari warung kopi

Nikmaya John mengatakan...

Beda antara budaya desa engan kota, kalau budaya desa masih kental dengan unggah ungguh, sopan santun. Sehingga orang disekitarnya dianggap ada. Berbeda dengan di kota, aku ya aku, kamu ya kamu,,, Tidak heran jika duduk bersebelahan bisa saling cuek dan tanpa cakap seharian.

Artikel Favorit dalam 1 minggu