Di zaman yang serba internet ini, saya masih menyempatkan membaca koran di pagi hari. Mungkin karena saya lebih suka membaca dalam bentuk hardcopy daripada softcopy. Selain itu juga, koran memberikan informasi yang cukup luas sehingga kita tahu apa yang sedang menjadi isu hangat pada saat itu.
Bicara tentang isu hangat pada koran umumnya berupa berita pemberitahuan sebuah kejadian penting yang mana berkaitan dengan sebuah negara. Dengan terjadinya sebuah kejadian pasti ada sebab yang mana timbul karena adanya sebuah permasalahan. Betul???
Permasalahan yang berkaitan dengan sebuah negara umumnya terbagi dua yaitu permasalahan bangsa dan sosial yang didasari oleh masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Jika anda berbicara tentang masalah tersebut ke orang awam pasti bingung karena memang bukan ilmunya. Jadi saya menempatkan diri sebagai posisi masyarakat awam, permasalahan utama terbagi dua yaitu masalah perut dan rasa aman; dan bila dijabarkan maka yang muncul adalah masalah kekuasaan, uang, etika dan hukum.
Kekuasan dan uang Vs etika dan hukum.
Sebuah permasalahan yang sederhana tapi dapatkah diselesaikan dengan sebuah keharmonisan dan keadilan? Tertawa, ternyata hal yang sederhana dapat menciptakan sebuah gejolak dan menjadikan awal dari evolusi dalam sebuah negara. Dalam sebuah perjalanan waktu, saya melihat ada institusi atau calon pemimpin yang mencoba menyelesaikan masalah (yang katanya berdasarkan etika dan hukum) dengan caranya sendiri yaitu:
Bagaimana dengan konsep pedepokan budaya yang pernah ada di nusantara pada zaman Indonesia masih menganut sistim kerajaan? Pedepokan Budaya yang tidak mengatas namakan siapa-siapa, mereka hanya bercermin akan siapa jati diri mereka dan melakukan intropeksi diri yang mana digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Hal lain yang perlu dicatat, sejarah telah mengatakan dan membuktikan bahwa tokoh pemimpin yang dapat membangun bangsa adalah tokoh yang mengenal sejarah bangsa, karakter bangsa dan memiliki sebuah cita-cita dan ideologi untuk membangun bangsa. Sehingga dalam proses pembelajaran, harus mengetahui para tokoh pemimpin (raja) di masa lalu, sekarang dan masa depan dalam pembelajarannya.
Jadi jika dibandingkan dengan institusi "A" dan "B", saya lebih tertarik akan pedepokan budaya ini karena saya melihat bahwa dari sinilah para tokoh dipersiapkan dan dari sini pula para pemimpin menemukan jalan yang terbaik dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dalam pedepokan ini, para tokoh ini melakukan meditasi, renungan yang dalam kenyataan mereka sedang dalam proses belajar, pembelajaran, dan diskusi akan sebuah pandangan untuk menilai sesuatu hal atau fenomena masalah bangsa dan sosial.
Sedikit melenceng dari topik. Dalam mencari tokoh pemimpin hendaknya ada beberapa hal yang harus dapat kita pahami:
Membaca koran dengan berbagai permasalahan yang terjadi saat ini, banyak pemimpin yang menggunakan institusi "A" atau institusi "B" dan disamping itu seringkali menggunakan partai sebagai kendaraan untuk kepentingan kekuasaan, kedudukan, pribadi, dan golongan. Tapi apakah pada saat bersamaan mereka taat pada etika dan hukum dalam arti yang sebenarnya dalam era demokrasi ini???
Enjoy, peace and love from Sukra.
Referensi Photo: http://i22.photobucket.com/albums/b335/andung/IMG_2287.jpg
Doa yang Indah
8 bulan yang lalu
44 comments:
meski dulunya tak menyukai sejarah tapi masih sedikit ingat nih pelajaran sejarah,he..he.. btw, tul betul sewkali bang dan sayapun udah beberapa tahun ini mengaris bahawi tulisan ini:"tokoh pemimpin yang dapat membangun bangsa adalah tokoh yang mengenal sejarah bangsa, karakter bangsa dan memiliki sebuah cita-cita dan ideologi untuk membangun bangsa."*sangat mengena*
aku pun masih tetap membaca koran. hanya saja, di dalam koran-koran hampirtak pernah kutemukan sedikit pun rasa optimisme dalam bangsa kita, Indonesia. koran-koran selalu hanya menyuguhkan kegetiran demi kegetiran di tiap jengkal tanah air, di tiap tarikan nafas bangsa.
maka pada suatu ketika kutulis puisi ini:
[dapatkah engkau memasang beberapa huruf
dan gambar-gambar dengan sedikit saja
berita kesedihan, o, sahabat-sahabatku yang gembira?
aku ingin mengirim puisi ke dalam faximile-mu
dengan bahasa yang belum ada dalam kamus. Soalnya
setiap perjumpaan selalu engkau ceritakan perkabungan
walau kematian bukanlah akhir dari pertemuan
tulislah sesekali cinta dalam headline. Aku
perlu bacaan sederhana, seteguk penawar mimpi buruk
setelah jam-jam kerja dihabiskan tv dan radio
dengan upacara pembantaian di setiap kedaulatan manusia
tulislah cinta
sesekali saja, walau itu hanya dongeng]
Tapi apakah pada saat bersamaan mereka taat pada etika dan hukum dalam arti yang sebenarnya dalam era demokrasi ini???
Ya, itulah permasalahannya saat ini, apakah mereka masih memandang hal tsb?
waduh kalo masalah sejarah saya kurang tahuuu..
(sering gak lulus pas lagi ulangan)... hehehe
Menurut Saya di Era sekarang ini Banyak Pemimpin Kita yang sudah tidak Menghormati Sejarah lagi dan tidak sedikit pula ada yang memanfaatkan Sejarah demi mencari Popularitas melalui Bahasa Media Massa yang mengandung Banyak Bumbu Penyedap untuk mempengaruhi Publik.
benar, sayapun masih setia baca koran setiap pagi karena kebetulan berlangganan.
Tokoh-tokoh tidak hanya sekedar menghargai, mengenang sejarah. Tapi mampukah sejarah menjadikan arah perbaikan dan kemajuan bangsa ini..?
aku tak tahu jawabnya... mari kita tanya pada rumput yang bergoyang...( hehehe gw plagiat dari ebiet aja dech...)
indonesia lahir karena perjuangan para pejuang2 kita, maka selayaknya kita menghormatinya... tul gak???
saya suka hard copy juga... bisa dibaca sambil tiduran.... di wc dan sebagainya :P
Iya, dan koran kalo sudah selesai bisa jadi pembungkus kacang :-p
Salam buat mas Nanoq, gak nyangka bisa ketemu di sini. Masih saja unik, dengan rambut yang mengurai gunung dan lembah.
Guys, meet Nanoq Da Kansas
Seorang pelaku Seni, pemerhati Seni dan budaya dari Bali.
Sampai ketemu di Bali Bli!!
wew filsafat banget....
baca koran emang enak...
gak capek liat monitor PC..
hoho..
setuju mas.. seorang pemimpin harus 'tau' bangsanya.. en gak hanya sekedar tau.. tapi punya integritas...
Persamaan Antara intrik dan trik dalam segi politik, sosial, budaya...yang belum punah sampe sekarang adalah...semboyan..."Siapa yang kuat dialah yang menang..."
( dari opini saya sendiri tentunya)
Mas sukra tetap dengan postingan yang keren banget ... :)
demokrasi kita sepertinya kebablasan ya mas. Membuat orang-orang terlalu bebas berpendapat, dan membuat suasana jadi tegang terus. Pingin rasanya negeri ini jadi seperti kerajaan seperti dulu ... siapa tau bisa lebih makmur daripada brunai ataupun inggris. Hmmm ...
wew....sama donk lebih suka baca hardcopy dibanding softcopy...
btw, postingannya mantab :D
:cheers:
sepuluh.., eh setuju, kalo musti mempelajari sejarah... Tapi kalo baca koran, liat tv, n media massa lain akhir-akhir ini suka alergi, gemes, sekaligus sedih deh... Yah, negeri kita memang lagi di titik nadir... sadihnya akupun gak bisa berbuat banyak....
Btw, puisi Bli Nanoq bagus...
ice info^_^
aku mampir dulu yah..belum sempat baca...yg penting dah koment dulu..
Wong "Gerobak Politik" itu sekarang dijadikan piring nasi "mereka" kok lalu gimana mo ingat sama pedopak budaya? apalagi sejarah?
Sama dengan "banggundul",
saya juga g terlalu suka sejarah...
Hehehe
Salam perkenalan. Saya dari Malaysia, budaya membaca ni memang bagus, ianya membuka minda dan meluaskan ilmu pengetahuan, untuk membuat kesimpulannya terserah pada diri kita sendiri. Nice blog, tq.
orang jadi pintar karena membaca :)
nice posting bro
salam...
Dengan membaca, jendela dunia terbuka untuk kita. Nice post!
satu kata.... Mantaaabb.. keren uy masih sempet2 baca koran, saya juga baca seh tp koran PC... hihiihi
hmm.. postinganmu selalu masalah sejarah, aku jadi binun mu koment apa kr jujur, aku ga suka sejarah. wkwkwkwk
hihhi.. jadi berbkat jadi dosen sejarah kayaknya.. :D
ada calon jadi dosen juga nichh
Bung Karno pernah bilang : JAS MERAH.
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah..
nyambung ngga sih..hehe
Hi thanks for visiting my blog ..
Im from malaysia ..
BTW cool to knoe u
om, itu poto nya bagus banget
wah kalau buat beli koran lom mampu e, yang penting perut kenyang dulu...
kalo skg ini, institusi yg mana yg mendekati padepokan budaya spt jaman dulu..?
perasaan, semakin banyak baca koran, malah jadi semakin tau bahwa keadaan (negri kita) makin nggak nggenah.. :)
huaaa...om salut sayah...puyeng banget otak saya ga mudeng.....pinter sekali sih dirimu.....
kalo saya sih lebih suka membaca dalam bentuk soft copy.... hehe soalnya lebih murah.... kalo koran mesti bayar lagi.... hehehe lebih hemat en ramah lingkungan... lets go green!! apa coba wwkkwkwk
saya juga masih suka baca koran, majalah dan buku2 walau ada internet. mata gak pegel. kalo liat kompi kan pegel.
cipt sangat baik..
kebudayaan kita kebudayaan semua
walaupun ada internet begini saya juga masih sering baca2 majalah atau buku kok hehe
Artikelnya mantap banget gan. . update terus ya
salam sehat dan sukses selalu. Terimakasih
Mantap banget gan artikelnya. . Update terus ya Informasi terbarunya
salam sehat & terimakasih
Artikelnya mantap banget gan. .
Kami tunggu ya artikel terbarunya, salam sehat
artikelnya nice banget gan. TOP deh
terimakasih
Artikel yang mantap & menarik gan. .
thank's ya, salam sehat
Informasi dan cerita yang disajikan menarik & bermanfaat banget gan. .
thank's
Thank's gan atas informasi & beragam ceritanya,. menarik & bermanfaat
salam sehat
Posting Komentar