Komunitas Tionghua adalah salah satu komunitas di Indonesia yang menjadikan suku bangsa negara semakin beragam. Meskipun komunitas ini tergolong kecil dimana hanya 1.6% dari keseluruhan penduduk (±210 juta orang) atau 3.5 juta orang (data diambil pada tahun 2000) komunitas ini sering kali diidentikan dengan cekatan, rajin, ulet, tekun, tahan banting, dan pandai dalam mengolah keuangan. Walaupun tentu tidak semua masyarakat Tionghua seperti itu.
O yah. Populasi komunitas di Indonesia tentu mengalami pasang surut dengan situasi politik yang berkembang pada zaman itu. Pada tahun 1930 (zaman Belanda) populasi sebanyak ±2% dari 60 juta penduduk. Tahun 1956 (zaman Soekarno) populasi ±2.1 juta orang yang mana 15% kelahiran Tiongkok. Tahun 1966 (zaman Soeharto) populasi ±2.5 juta orang yang mana ±1.1 juta berstatus warga negara asing (WNA). Pada saat itu status pendidikan sekolah Tionghua berjumlah ±650 buah dengan jumlah murid ±300 ribu orang.
Informasi tentang penyebaran komunitas ini di Indonesia antara lain laki-laki ± 50.25% dan perempuan ±49.75% dengan agama Buddha ±43%, Kong Hu Cu ±22%, Kristen dan Khatolik ±28%, dan yang lainnya ±7%. Perbandingan komunitas Tionghua dengan penduduk propinsinya yang tersebar di Bangka Belitung ±11,54%, Kalimantan Barat ±9.46%, Jakarta ±5.53%, Riau ±3.72%, Jawa Barat+Banten ±0.58%, Jawa Timur ±0.55%, Jawa Tengah ±0.54%, Sumatra Barat ±0.35%, Bali ±0.34%, Yogyakarta ±0.32%, dan propinsi lainnya di Indonesia. Komunitas Tionghua tentu bukan dari sebuah daerah saja. Komunitas ini antara lain berasal dari Fu Jian ±43%, Kejia ±18%, Guanfu ±12%, Chaozhou ±8%, dan propinsi lainnya ±16%.
Komunitas Tionghua ini memiliki 5 kriteria golongan antara lain:
Sebagai ibukota (Jakarta) yang terkenal padatnya dan memiliki 44 kecamatan dan 271 kelurahan, komunitas Tionghua hidup bersama dan berdampingan dengan masyarakat dari komunitas lainnya. Btw, ada beberapa kecamatan yang mana cukup mudah untuk menemukan komunitas ini antara lain Tamansari, Tembora, Sawah Besar, Kebun Jeruk, Kembangan, Kelapa Gading, Penjaringan, Padamangan. Hihihi.
Akhir kata, komunitas Tionghua meskipun tidak besar tetaplah memiliki peran yaitu sebagai mata rantai dalam kesinambungan mempertahankan kestabilan Negara dalam menghadapi berbagai krisis. Jika informasi ini kurang akurat, mohon petunjuknya. Enjoy, peace and love.
Referensi photo: http://i1.trekearth.com/photos/9603/lampion.jpg
Doa yang Indah
7 bulan yang lalu
8 comments:
saking banyaknya orang tionghoa, perhatiin d, di tiap2 kota besar pasti ada chinatown =)
saya mau tau juga, Ner. Data mengenai agama yg dianut oleh kaum tionghoa ini. Apakah sebagian besar budha, atau yg lainnya? Thanks
@ melissa, di Vancouver Canada paling banyak sedunia setelah San Fransisco chinatown-nya. Itu sih mirip kota-kota di China jadinya
duhhh pak anton bacanya kurang teliti nih.
agamanya:
agama Buddha ±43%, Kong Hu Cu ±22%, Kristen dan Khatolik ±28%, dan yang lainnya ±7%.
thanks for comment
busyet deh..stlh g bc2 bbrp blog nya wlpun ga baca whole page(coz gw orgnya bukan ga suka baca,udah mlm n dah ngantuk makanya bacanya cm dpn tgh ahr)itu jg separoh2..bny bgt yah penelitiannnya..
真佩服你!!
Ini adalah sebagian dari aktivitas kami sebagai warga Indonesia keturunan Tionghua dalam bidang musik. Mudah-mudahan berkenan
Chinese Keroncong w/ Harmony Chinese Music Bandung
Terimakasih informasinya,,, Berdasar artikel ini disebutkan penyebaran tionghua terbanyak di bangka balitung, Tapi kenapa klenteng tertua kok ada di Welahan Jepara Jawa Tengah????
Benar juga ya, chinatown hampir ada di setiap kota besar,,, budaya mereka juga unik,,,
komunitas tionghoa di Indonesia kayaknya udah ada dimana-mana ya. semoga bisa ikut bekerja untuk Indonesia yang lebih baik.
Posting Komentar