Sabtu, 07 Maret 2009

Sekaten dan Garebek

Hari Raya Maulud Nabi Muhammad SAW (12 Maulud) hampir tiba. Di salah satu kota di Indonesia (Yogyakarta) ada sebuah tradisi yang menarik dan telah mengakar pada masyarakat Islam Jawa yaitu Sekaten dan Garebek. Istilah sekaten diambil dari nama dua perangkat gamelan pusaka Sekati. Pendapat lain mengatakan kata sekaten diambil dari pencu (bagian yang bulat dan menonjol) gamelan Sekaten yang beratnya satu kati. Sedangkan, Garebek berasal dari bahasa Jawa kuna yaitu grebek atak gerebek yang memiliki arti suara gemuruh derap kaki.

Sekaten adalah suatu upacara yang diawali dengan keluarnya iring-iringan gamelan pusaka dari kraton ke Mesjid Agung yang mana gamelan tersebut akan dikumandangkan selama satu minggu. Btw, Gamelan Sekati memiliki keunikan tersendiri yaitu memiliki bunyi khusus yang bernada Laras Pelog, yaitu tujuh nada yang lebih rendah dibandingkan dengan gamelan lainnya. Laras sendiri berarti nada dalam suatu gembyangan (oktaf) dengan susunan interval tertentu, yang dapat dipergunakan untuk menyusun gendhing atau lagu. Inti dari upacara Sekaten ini adalah pembacaan riwayat Nabi Muhammad oleh Kyai Pengulu (yang dituakan).

Acara Garebek ditandai dengan raja beserta anggota keluarga dan para abdi ndalem untuk bertemu dengan rakyat secara lansung di luar istana yang mana dikenal dengan peristiwa miyos Kedhaton. Puncak Garebek yaitu munculnya berbagai gunungan (sesaji dari hasil bumi) yang merupakan simbol meru (gunung) dari kraton menuju Mesjid Agung.

Untuk tradisi, perjalan sejarah, tata caranya saya tidak bahas disini karena menurut saya cukup rumit dan sangat panjang jika dijelaskan satu demi satu. Jadi saya mencoba hal-hal yang menarik perhatian saja terutama untuk masyarakat awam atau pelancong.

Pada perayaan Maulud Nabi ini di halaman Mesjid Agung berubah fungsi menjadi "pasar kecil" yang menjual makanan dan pernak pernik yang dipercaya dapat mendatangkan sebuah berkah. Makanan dan pernak perniknya antara lain:

  • Nasi gurih (katanya sebagai peganti nasi kebuli): dipercaya sebagai makanan kegemaran Nabi Muhammad dan bila memakan nasi ini seseorang dapat dikatakan sebagai pengikut nabi.
  • Sirih dan perlengkapannya: bila mengunyah sirih pada saat pertama kali gamelan dibunyikan; dipercaya bahwa orang tersebut akan awet muda.
  • Endog abang (telur rebus yang berwarna merah): telur disimbolkan sebagai embrio atau awal kehidupan, warna merah pada kulit telur sebagai lambang keberanian, dan putih telur sebagai lambang kesucian. Jadi endog abang bermakna bahwa suatu yang bersih dan suci tidak perlu diperlihatkan secara lansung.
  • Pecut dan ani-ani: Pecut dipercaya dapat mengusir hama tanaman, roh jahat yang berusaha menyerang ternak dan tanaman. Pecut juga bermakna sebagai semangat untuk berbuat lebih baik (apa karena manusia memiliki karakter kerbau yah? dipecut dulu baru mau kerja). Ani-ani (alat untuk mengetam atau memanen padi) bermakna harapan dan keberhasilan panen.
Hal yang menarik lainnya adalah Gunungan (berbeda dengan gunungan pada wayang) yang mana dipercaya sebagai simbol meru sebagai penyeimbang kosmos (jagat). Gunungan yang muncul dalam acara gerebek antara lain:
  • Gunungan kakung (laki-laki): berbentuk kerucut yang mana dianggap sebagai bentuk lingga yang bermakna dewa atau kejantanan. Bentuk runcing pada bagian puncak bermakna ketajaman berpikir raja yang membuatnya bijaksana. Bagian mustoko atau mahkota bermakna keseimbangan dunia dan akhirat. Jadi secara umum gunungan ini bermakna hubungan kawula-gusti (hubungan manusia dangan Tuhan dan rakyat dengan rajanya)
  • Gunungan wadon (perempuan): memiliki bentuk kerucut terbalik dan bagian dalamnya diisi dengan wajik (makanan dari ketan, santan dan gula jawa). Bagian bawah yang kecil dan terus melebar hingga bagian atas digambarkan sebagai bunga yang sedang mekar atau bentuk yoni (pasangan lingga). Gunungan yang melambangkan kesuburan ini memiliki makna yang lebih dalam yaitu pribadi seorang putri sejati yang mana untuk mencapai tujuan hidupnya harus berbekal pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi godaan.
  • Gunungan dharat: memiliki bentuk seperti gunungan Putri tapi tidak diisi wajik, tidak ditempatkan diatas jodhang (bagian dasar untuk meletakan gunungan) dan pada bagian mustoko-nya berwarna merah. Dharat memiliki arti tanah, dan gunungan dharat berarti bahwa dunia memiliki beragam kekayaan alam seperti hutan dan hasil bumi.
  • Gunungan pawuhan: memiliki bentuk seperti gunungan Putri tetapi lebih kecil. Pawuhan memiliki arti tempat sampah yang mana diibaratkan sebagai tempat menyimpan kekayaan. Jadi gunungan pawuhan memiliki makna apabila seseorang dapat mengatur pendapatan dan pengeluaran secara seimbang maka ia akan hidup tentram dan teratur.
  • Gunungan Kepak: gunungan yang unik karena berbeda dengan bentuk gunungan lainnya (bagian sesaji). Sesaji gunungan ini diletakan pada jodhang yang ditutup dengan kain Bango Tulak dan bagian dalamnya tertata Panjang Ilang (piring yang terbuat dari janur). Makna gunungan ini adalah dalam rumah tangga, seorang istri harus pandai mengatur ekonomi.
  • Gunungan Bromo: gunungan yang hanya keluar 8 tahun sekali. Bentuk yang mirip dengan gunungan Putri tetapi bentuknya bagian dasarnya tambun dan puncaknya seperti gunung berapi. Gunungan ini benar-benar menyerupai gunung berapi karena bagian puncaknya ditempatkan sebuah Anglo yang mana digunakan untuk membakar kemenyan dan mengepulkan asap jika angin berhembus. Gunungan ini bermakna orang hidup harus berani dan tidak mudah putus asa seperti kobaran api.
Itulah hal-hal yang menurut saya menarik pada acara sekaten dan garebek. Jika ada salah mohon dimaafkan dan jika ingin menambahkan atau memperbaiki monggo.

Enjoy, peace and love from Sukra.

gambar1 : endok abang
gambar2 : gunungan laki-laki

Referensi: "Sekaten dan Garebek Di Kraton Yogyakarta Hadiningrat", Divisi Pustaka Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta.

Referensi photo:

Related Posts by Categories



27 comments:

Anonim mengatakan...

hmmmmm lho kok malah detil banget bro... pengalaman.... aku ikut grebeg mo rebutan gunungan malah ketiduran di alun alun sampe jam 7 so...

Anonim mengatakan...

selamat ber sekaten ria ya mas ...
rencana tinggal rencana.. apa daya diriku sakit jadi ga bisa hadir di acara ini ... hiks

salam

Anonim mengatakan...

hahaha aninya mana nih...

Undang saya dong ke Jogja

Anonim mengatakan...

waduh kayanya tradisi kaya gitu gak ada di sini....

Anonim mengatakan...

wah pasti ramai banget acaranya, acara tahunan yang besar. Ingin sekali waktu bisa lihat acaranya

aadhi mengatakan...

Visit My Blog

Anonim mengatakan...

dulu pernah ikutan grebegan.. rebutan gitu.. sampe ketendang2, kepala buat manjat... seru...

sekarang, nggak sanggup deh..

Anonim mengatakan...

o iya.. udah mulai sekatenan ya sekarang..? wah.. harus mudik nih.. seneng beli bolang baling di alun2..

Unknown mengatakan...

wah sekatenan ya... lama banget gak nonton sekaten hiks

Ninda Rahadi mengatakan...

wawwawawwwww.... huhuhu. fotomu mana???

Fallen Angel mengatakan...

Buset, ente blusukan ke jogja ya bos. kok detil amat. ckckckck

Anonim mengatakan...

pengen banget liat acara ini..tapi jauh ya dari medan..hehe

Anonim mengatakan...

wah.. asik yah tradisinya...

saya pernah sekali menyaksikan secara langsung sekatenan waktu lagi berlibur ke jogja... seru banget...

jadi kangen jogja nih..

salam dai jayapura :)

Anonim mengatakan...

Kayaknya menarik nich, pingin dech suatu saat nanti ikutan liat sekaten.

Anonim mengatakan...

wah..
kentel juga ya tradisinya..
kalo didaerah saya mah, maulid cuma acara makan-makan antar desa...
tapi seru juga...

Dimas Gilang mengatakan...

dari dulu pengen banget bisa liat acaranya..,
tapi selalu ga bisa nyampe tepat waktu..

lha wong saya nya ada di jkt trus kuliah pula..,

jadinya sampe sekarang belom bisa liat langsung deh..
tunggu laporannya di tipi aja...hehehehe

Anonim mengatakan...

kalo sekatenan saya ndak pernah nonton pusing liat byk org

Anonim mengatakan...

wahhh wenak ndak gunung gunungan nya ...!!!

mau dong..!!!

from: yoii.co.cc

Anonim mengatakan...

Jadi kangen yogya... ingat jalan2 rombongan sama temen 1 kontrakan... yogya...yogya... kota berhati NYAMAN... kangen gw

Anonim mengatakan...

masih kental banget budaya jawa...jangan tinggalkan tradisi biar g diklaim negara lain kayak malingsia

Anonim mengatakan...

sekaten memang asyik ya...
meriah, tradisi tahunan yang jelas masih banyak peminatnya.
Tradisi turun temurun yang masih berjalan di tanah jawa, khususnya Yogya dan Solo

Obat Untuk Penyakit Bronkitis Secara Alami mengatakan...

Artikelnya mantap banget gan. . update terus ya
salam sehat dan sukses selalu. Terimakasih

Obat Herbal Alami Gondongan mengatakan...

Artikelnya mantap banget gan. .
Kami tunggu ya artikel terbarunya, salam sehat

Obat Herbal Beri-Beri Secara Tradisional mengatakan...

artikelnya nice banget gan. TOP deh
terimakasih

Obat Herbal Radang Usus Besar Yang Efektif mengatakan...

Artikel yang mantap & menarik gan. .
thank's ya, salam sehat

Obat Herbal Untuk Paru-Paru Basah Yang Alami mengatakan...

Informasi dan cerita yang disajikan menarik & bermanfaat banget gan. .
thank's

Obat Herbal Kanker Nasofaring Ekstrak Alami mengatakan...

Thank's gan atas informasi & beragam ceritanya,. menarik & bermanfaat
salam sehat

Artikel Favorit dalam 1 minggu